KONSEP KEPEMIMPINAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPEMIMPINAN


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Stase Manajemen Keperawatan



Oleh :
SRI HERMAWATI
NIM. 4012170026


 














STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
2017




A.    Pengembangan Teori Kepemimpinan
1.      Teori Bakat (Trait Theory)
Teori Bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain (Marquis dan Huston, 1998). Teori ini disebut juga sebagai Great Man Theory. Banyak penelitian terhadap riwayat kehidupan untuk menguji teori ini. Teori bakat mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi, dan lingkungan lainnya, tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir. Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang inteligensi, personalitas, dan kemampuan (perilaku).
Ciri-ciri Pemimpin menurut Teori Bakat
Intelegensi
Kepribadian
Perilaku
·         Pengetahuan.
·         Keputusan.
·         Kelancaran berbicara
·         Adaptasi.
·         Kreatif.
·         Kooperatif.
·         Siap/siaga.
·         Rasa percaya diri.
·         Integritas.
·         Keseimbangan emosi dan mengontrol.
·         Independen.
·         Tenang
·         Kemampuan bekerja sama.
·         Kemampuan interpersonal.
·         Kemampuan diplomasi.
·         Partisipasi sosial.
·         Prestise

2.      Teori Perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994), teori perilaku ini dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu organisasi.

Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri. Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan memengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut.

a.       Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

b.      Gaya kepemimpinan menurut Likert.
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem.
1)      Sistem Otoriter–Eksploitatif.
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah ke bawah (top-down).
2)      Sistem Benevolent–Otoritatif (Authoritative).
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu, dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3)      Sistem Konsultatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadap bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4)      Sistem Partisipatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, serta menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

c.       Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y.
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam.


1)      Gaya kepemimpinan diktator.
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2)      Gaya kepemimpinan otokratis.
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3)      Gaya kepemimpinan demokratis.
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4)      Gaya kepemimpinan santai.
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan Teori Y (Azwar, 1996).

d.      Gaya kepemimpinan menurut Robert House.
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya kepemimpinan.
1)   Direktif.
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
2)      Suportif.
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
3)   Partisipatif.
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4)      Berorientasi tujuan.
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin.

e.       Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard.
Tipe Kepemimpinan Situsional Hersey dan Blanchard (dalam Supriyanto, 2010).
1)      Instruksi:
·      tinggi tugas dan rendah hubungan;
·      komunikasi sejarah;
·      pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan sangat minimal;
·      pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat.
2)      Konsultasi:
·         tinggi tugas dan tinggi hubungan;
·         komunikasi dua arah;
·         peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung keluhan.
3)      Partisipasi:
·         tinggi hubungan tapi rendah tugas;
·         pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam pengambilan keputusan.
4)      Delegasi:
·         rendah hubungan dan rendah tugas;
·         komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah.

f.       Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White.
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu: otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas Iowa.
1)        Otoriter.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
·      wewenang mutlak berada pada pimpinan;
·      keputusan selalu dibuat oleh pimpinan;
·      kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan;
·      komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;
·      pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat;
·      prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan;
·      tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat;
·      tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif;
·      lebih banyak kritik daripada pujian;
·      pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat;
·      pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat;
·      cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman;
·      kasar dalam bersikap;
·      tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.
2)      Demokratis.
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
·      wewenang pimpinan tidak mutlak;
·      pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan;
·      keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;
·       komunikasi berlangsung timbal balik;
·      pengawasan dilakukan secara wajar;
·      prakarsa dapat datang dari bawahan;
·      banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan;
·      tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada instruktif;
·      pujian dan kritik seimbang;
·      pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing;
·      pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar;
·      pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak;
·      terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai;
·      tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama.
3)      Liberal atau Laissez Faire.
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan. Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain:
·      pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan;
·      keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan;
·      kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan;
·      pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan;
·      hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan;
·      prakarsa selalu berasal dari bawahan;
·      hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan;
·      peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok;
·      kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok;
·      tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.
4)      Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang.
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat.
a)      Otoriter.
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.
b)      Demokratis.
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
c)      Partisipatif.
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik staf serta mempertimbangkan respons staf terhadap usulannya. Keputusan akhir yang diambil bergantung pada kelompok.
d)     Bebas tindak.
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
B.     Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Manajer Keperawatan dalam Meningkatkan Efektivitas Kepemimpinannya pada Abad ke-21
Penelitian mengenai kompetensi yang harus dimiliki manajer keperawatan telah dilaksanakan kepada 313 tenaga kesehatan di Australia (Harris dan Belakley, 1995). Kompetensi tersebut dikategorikan menjadi tujuh, yaitu:
1.      Kepemimpinan;
2.      Pengambilan keputusan dan perencanaan;
3.      Hubungan masyarakat/komunikasi;
4.      Anggaran;
5.      Pengembangan;
6.      Personalitas/perilaku; dan
7.      Negosiasi.
Keterangan lengkap seperti terlihat pada Tabel sebagai berikut:
Kategori Kompetensi
No
Kompetensi

Penjabaran
1
Kepemimpinan
·         Berkomunikasi tentang organisasi dan dalam memfasilitasi kegiatan organisasi dan pelaksanaan perubahan.
·         Mendelegasikan dan mendapatkan orang lain untuk melaksanakan tugas dan menerima tanggung jawab.
·         Menyeleksi dan memilih pegawai yang tepat.
·         Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif.
·         Mengonsultasikan dengan staf dan orang lain di luar organisasi yang sesuai tentang keadaan organisasi.
·         Mengenal kapan peraturan harus dilaksanakan (fleksibilitas).

2
Pengambilan keputusan dan perencanaan.
·         Berpikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi.
·         Merespons secara cepat dan tepat tentang perubahan yang tidak diharapkan.
·         Mengantisipasi dan melaksanakan perencanaan perubahan anggaran.
·         Memberikan pedoman dan arahan tentang keputusan organisasi melalui pengetahuan dari pemerintah daerah, provinsi, dan nasional.
·         Menginterprestasi perubahan industri dan mengimplementasikan dalam organisasi.
·         Menginterprestasikan perubahan ekonomi staf.
·         Menempatkan organisasi sebagai bagian yang penting dari pemerintahan.
3
Hubungan masyarakat/komunikasi.
·         Empati, mendengar, dan tanggap terhadap semua pernyataan orang lain.
·         Menciptakan situasi yang kondusif dalam komunikasi.
·         Membaca dan tanggap terhadap situasi politik yang terjadi.
·         Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi (verbal/nonverbal) dalam memengaruhi orang lain.
·         Berkomunikasi secara efektif melalui tulisan.
·         Mengembangkan proses hubungan yang baik di dalam dan di luar organisasi.
·         Menggunakan media untuk pemasaran/keuntungan organisasi.
4
Anggaran.
·         Bertanya dan melihat rencana sebelumnya.
·         Mengontrol anggaran.
·         Menginterprestasikan penggunaan anggaran sesuai kebutuhan.
·         Merencanakan jauh ke depan (misalnya lima tahun ke depan).
·         Menggunakan pengukuran dan rata-rata industri.
·         Menyediakan risiko terhadap kekurangan keuangan.
·         Mengonsultasikan masalah keuangan.
6
Pengembangan
·         Memfokuskan satu atau lebih dari dua kejadian dalam satu periode.
·         Mengaplikasikan filosofi manajemen dan komitmen terhadap kualitas pelayanan.
·         Mengambil keputusan yang tepat.
·         Mengelola stres individu.
·         Menerima sesuatu terhadap kejadian yang tidak diharapkan.
·         Menggunakan koping yang efektif pada setiap masalah.
·         Mensyukuri nikmat yang telah diberikan atas keberhasilan pencapaian tujuan.
7
Negosiasi
·         Mengidentifikasi dan mengelola konflik.
·         Memfasilitasi perubahan.
·         Mendemonstrasikan pemahaman tentang perbedaan pendapat.
·         Melakukan negosiasi dengan baik.
·         Melakukan klarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf.
·         Melakukan negosiasi dengan staf, kelompok, dan organisasi luar.
·         Menjadi mediator terjadinya konflik antar staf atau kelompok.

C.    The ABC’s of Management
Sebagai manajer dalam asuhan keperawatan, perawat dituntut mempunyai suatu kiat dan strategi dalam menyelesaikan program atau masalah yang terjadi di organisasi. Oleh karena itu, perawat perlu menjabarkannya secara proporsional agar strategi tersebut dapat dimengerti oleh seluruh komponen organisasi.
Tabel Istilah dalam Kategori Kompetensi
Istilah
Arti
Contoh
A= Activator.
Apa yang dilakukan manajer sebelum pelaksanaan.
Satu menit tujuan:
Lingkup tanggung jawabnya.
Standar pelaksanaan/praktik.
Instruksi/arahan.
B = Behavior.
Pelaksanaan apa yang dikatakan/dilakukan seseorang (staf).
Menulis laporan.
Menjual hasil/memberi pelayanan.
Datang di tempat kerja tepat waktu.
Tidak pernah menunda-nunda.
Menulis surat.
Membuat kesalahan.
Sesuai prosedur.
C = Consequence.
Apa yang akan dilakukan manajer setelah pelaksanaan.
Satu menit “praising
C = Consequence.
Apa yang akan dilakukan manajer setelah pelaksanaan.
Satu menit “praising” (persetujuan).
Segera dan spesifik.
Ekspresi perasaan.
Satu menit “reprimand” pengulangan.
Segera dan spesifik.
Ekspresi perasaan.
Dukungan individu.
Tidak ada respons.

D.    Price System
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat harus dapat mengambil langkah-langkah yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, perawat dituntut untuk merespons setiap permasalahan yang terjadi di organisasi. Pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan PRICE System (sistem PRICE), di mana setiap pergantian atau perubahan
Tabel Alternatif Tindakan Kepemimpinan Berdasarkan Situasi
Situasi
Alternatif Tindakan
1.      Akhir-akhir ini staf perawat Anda tidak menanggapi pembicaraan Anda tentang tugas-tugas keperawatan, sedangkan perhatian Anda terhadap kesejahteraan mereka tampak menurun dengan tajam.
a.       Menekankan penggunaan prosedur yang seragam dan keharusan menyelesaikan tugas.
b.      Anda menyediakan waktu untuk berdiskusi, tetapi tidak mendorong keterlibatan Anda.
c.       Berbicara dengan bawahan dan menyusun program-program.
d.      Secara sengaja tidak campur tangan.
2.      Kinerja staf Anda tampak meningkat. Anda merasa yakin bahwa semua anggota menyadari tanggung jawab dan standar penampilan yang diharapkan dari mereka.
a.       Melibatkan diri dalam interaksi yang bersahabat, tetapi terus berusaha memastikan bahwa semua anggota menyadari tanggung jawab dan standar penampilan.
b.      Tidak mengambil tindakan apa pun.
c.       Melakukan apa saja yang dapat Anda kerjakan untuk membuat kelompok merasa penting dan dilibatkan.
d.      Menekankan pentingnya batas waktu dan tugas-tugas.
3.      Staf Anda tidak dapat memecahkan suatu masalah. Anda biasanya membiarkan mereka bekerja sendiri. Selama ini kinerja kelompok dan hubungan antaranggota baik.
a.     Bekerja dengan kelompok dan bersama-sama terlibat dalam pemecahan masalah.
b.     Membiarkan kelompok mengusahakan sendiri pemecahannya.
c.     Bertindak cepat dan tegas untuk mengoreksi dan mengarahkan kembali.
d.    Mendorong kelompok untuk berusaha memecahkan masalah dan mendukung usaha mereka.
4.      Anda sedang mempertimbangkan adanya suatu perubahan. Staf Anda menunjukkan kinerja yang baik. Mereka menyambut perlunya perubahan yang baik.
a.       Melibatkan kelompok perawat dalam mengembangkan perubahan itu, tetapi jangan terlalu mengarahkan.
b.      Merumuskan perubahan dan kemudian menerapkan dengan pengawasan yang cermat.
c.       Membiarkan kelompok merumuskan arahnya sendiri.
d.      Mengikuti rekomendasi kelompok, tapi Anda mengarahkan perubahan.

5.      Kinerja staf Anda menurun selama beberapa bulan terakhir. Mereka telah mengabaikan pencapaian tujuan. Penegasan kembali peranan dan pertanggungjawaban telah sangat membantu mengatasi situasi tersebut di masa lalu. Mereka terus-menerus memerlukan peringatan untuk menyelesaikan tepat pada waktunya.
a.       Melakukan apa saja yang dapat Anda kerjakan untuk membuat kelompok merasa penting dan dilibatkan.
b.      Menekankan pentingnya batas waktu dan tugas-tugas.
c.       Secara sengaja tidak mengambil keputusan apa-apa.
d.      Mengusahakan keterlibatan kelompok dalam pengambilan keputusan, tetapi perlu dilihat apakah tujuan tercapai.
6.      Anda memasuki suatu organisasi yang berjalan secara efisien. Pemimpin sebelumnya mengontrol situasi dengan tepat. Anda ingin mempertahankan situasi yang produktif tetapi ingin pula membangun lingkungan yang manusiawi.
a.      Menjelaskan perubahan mengawasi dengan cermat.
b.     Mengikutsertakan kelompok dalam mengembangkan perubahan, tetapi membiarkan mereka menerapkan sendiri.
c.      Menyetujui adanya perubahan seperti yang direkomendasikan tetapi mempertahankan pengawasan dalam penerapan.
d.     Membiarkan kelompok bertindak sendiri sebagaimana adanya.
7.      Anda mempertimbangkan untuk berubah kepada suatu struktur yang baru bagi perawat Anda. Para perawat telah menyampaikan saran-saran mengenai perubahan yang diperlukan. Kinerja perawat selama ini proseuktif dan mendemostrasikan keluasan pelaksanaan tugas.
a.      Menjelaskan perubahan mengawasi dengan cermat.
b.     Mengikutsertkan kelompok dalam mengembangkan perubahan, tetapi membiarkan mereka menerapkan sendiri.
c.      Menyetujui adanya perubahan seperti yang direkomendasikan, tetapi mempertahankan pengawasan dalam penerapan.
d.     Membiarkan kelompok bertindak sendiri sebagaimana adanya.
8.      Kinerja perawat dan hubungan antarperawat adalah baik. Anda merasa sedikit ragu-ragu mengenai kurangnya pengarahan terhadap bawahan.
a.      Membiarkan kelompok bertindak sendiri.
b.     Mendiskusikan situasi dengan kelompok kemudian Anda memulai perubahan-perubahan yang perlu.
c.      Mengambil langkah-langkah untuk mengarahkan perawat ke arah pelaksanaan tugas-tugas dengan perencanaan yang baik. Bersikap sportif dalam mendiskusikan dengan kelompok, tetapi tidak terlalu mengarahkan.
9.      Atasan telah menegaskan Anda untuk memimpin satuan tugas yang sangat terlambat dalam membuat rekomendasi bagi perubahan yang diharapkan. Tujuan kelompok tidak jelas. Kehadiran anggota dalam pertemuan tidak sesuai harapan. Pertemuan telah beralih fungsi menjadi ajang bincang antaranggota.
a.      Membiarkan kelompok kreatif dalam memecahkan masalah sendiri.
b.     Menyetujui rekomendasi kelompok, tapi lihat apakah tujuan tercapai.
c.      Menegaskan kembali tujuan-tujuan dan mengawasinya dengan ketat.
d.     Membiarkan keterlibatan kelompok dalam penyusunan tujuan tetapi tidak mendorong.
10.  Perawat Anda yang biasanya mampu memikul tanggung jawab, tidak menegaskan kembali standar yang Anda tetapkan baru-baru ini.
a.      Membiarkan keterlibatan kelompok dalam menegaskan kembali standar tapi tidak melakukan kontrol.
b.     Menegaskan kembali standar dan mengawasinya dengan saksama.
c.      Menghindari konfrontasi dengan tidak melakukan tekanan dan membiarkan saja situasi demikian.
d.     Mengikuti rekomendsai kelompok, tapi lihat apakah tujuannya telah tercapai.
11.  Anda dipromosikan pada posisi yang baru, pimpinan sebelumnya tidak terlibat dalam persoalan kelompok. Tugas-tugas dan pengarahan kelompok telah ditangani secara memadai
a.      Mengambil langkah-langkah untuk mengarahkan bawahan ke arah pelaksanaan tugas dengan perencanaan tugas dengan perencanaan yang baik.
b.     Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan dan mendorong untuk memberikan kontribusi yang konstruktif.
c.      Mendiskusikan kinerja di masa lalu dengan kelompok dan kemudian Anda menguji perlunya praktik-praktik baru.
d.     Membiarkan kelompok bertindak sebagaimana adanya.


Komentar

Postingan Populer